“Courage”
“Don’t let the noise of others’ opinions drown out your own inner voice. And most important, have the courage to follow your heart and intuition” (Steve Jobs)
Desmond Polii, pendiri Desmond Yoga yang juga merupakan salah seorang instruktur di sekolah LearnYoga@Gudang Gambar, Kemang, memulai workshop Hatha
Yoga-nya di BaliSpirit Festival hari itu dengan sebuah flashback.
“Tujuh tahun yang lalu”, ujar Desmond, ”ketika saya memulai kelas pertama saya, saya merasa sangat ketakutan.”
Instruktur yoga yang kerap dikenal karena mengajar yoga dengan membubuhi lelucon-lelucon segar itu menatap satu persatu peserta workshopnya dengan
sungguh-sungguh. Jelas ia tidak sedang bermaksud bergurau kali ini.
“Ketakutan sedemikian terasa mencengkram saya ketika itu dan membuat saya nyaris kehilangan seluruh materi di kepala”, lanjut Desmond dengan suara
agak bergetar, “walaupun saya telah menjadi instruktur ketika itu, namun kenangan pahit ketika seorang guru yoga senior melabel saya, bahwa saya
tidak akan pernah bisa mempelajari yoga, apalagi menjadi seorang instruktur, semakin mengintimidasi saya.”
Ruangan workshop menjadi sunyi-senyap. Desmond sendiri menarik nafas panjang.
“Namun saya memutuskan menghadapi seluruh ketakutan saya. Mengakuinya dengan jujur, kemudian menghadapinya”.
Kini mata Desmond nampak berkaca-kaca.
“Dan setelah tujuh tahun saya bergumul, akhirnya saya sangat bersyukur saya kemudian dapat berdiri disini bersama kalian untuk belajar yoga bersama-sama”.
Seluruh peserta workshop bertepuk tangan.
“Saya percaya setiap kita memiliki ketakutannya masing-masing. Dan jika saya boleh menjadi sahabat bagi Anda semua, saya rasa kita tidak perlu melarikan
diri dari semua itu. Saya rasa yang perlu kita lakukan adalah mengakuinya dengan jujur dan menghadapinya dengan seluruh keberadaan kita. Dan universe akan menopang Anda”.
Kembali semua peserta workshop hening sejenak. Beberapa tampak menunduk dalam.
“Hari ini workshop Hatha Yoga arm balance kita, akan kita dedikasikan untuk segenap ‘courage’ yang berada di dalam diri kita semua.”.
Desmond Polii kemudian memulai kelas yoga-nya dengan beberapa kali pernafasan panjang. Sebelum melakukan warming up dengan Sun Salutation
A dan B. Lalu berlanjut dengan presentasi teknik arm balance .
Ada yang unik dengan kelas yoga hari itu di BaliSpirit Festival. Ketika para peserta berhadapan dengan pose-pose arm balance menantang
seperti Adho Mukha Vrksasana (handstand) yang membuat wajah para peserta mulai terlihat ragu, maka Desmond dengan sabar akan
memberitahu teknik untuk melakukannya atau mengambil salah satu peserta untuk menjadi model, lalu mengingatkan mereka semua sebuah kata yang menjadi
keyword hari itu : “courage!”
Seketika itu pula, energi level dalam ruangan akan naik. Energi “courage” mengalir kuat diantara peserta. Dan percaya atau tidak, energi positif itu
bukan hanya tampak di wajah-wajah peserta workshop, namun sebagaimana kata-kata, pikiran dan tubuh saling mempengaruhi, maka energi itu tampak
bekerja demikian nyata di otot-otot tubuh mereka..dan membantu mereka melakukan pose-pose yang sebelumnya dianggap terlalu mustahil untuk dilakukan.
Jika ingin dihayati sungguh-sungguh, yoga sama sekali bukan ajang akrobatik. Adu hebat, adu lentur dan sebagai-sebagainya. Namun sebuah latihan pribadi,
dimana kita belajar mendengarkan tubuh kita dan membuat tubuh kita mendengarkan kita. Kesemuanya itu dilakukan dalam harmoni. Sebuah cara dahsyat
untuk mulai belajar memimpin diri kita sendiri. (*)
Written by : Made Teddy Artiana