Mari Belajar Bernafas!
“Inhale, and God approaches you. Hold the inhalation, and God remains with you. Exhale, and you approach God. Hold the exhalation, and surrender to God.” ~ Krishnamacharya
Meskipun tidak terlalu dapat mengingat dengan jelas, namun kita semua tentu setuju, bahwa sebagai manusia, dari bayi hingga dewasa, kita tentu pernah melewati beberapa fase. Sebut saja fase belajar berjalan, atau bahkan belajar merangkak. Itu baru satu fase. Lalu belajar berbicara, kemudian baca, tulis, berhitung dan belajar-belajar lainnya. Namun demikian, akan terdengar sangat aneh jika kita di umur yang telah dewasa (bahkan mungkin tua), seseorang mengajarkan kita tentang bagaimana belajar bernafas!
Keanehan itu kemudian berubah menjadi sesuatu yang agak mengejutkan manakala kita mengetahui bahwa nafas-nafas yang kita lakukan selama ini, sebenarnya sangat tidak efektif. Dengan kata lain, hanya merupakan jenis nafas yang hanya dibutuhkan untuk sekedar bertahan hidup. Lebih serius dari itu semua, kemudian kita mengetahui bahwa sebenarnya, kita baru hanya menggunakan kemampuan bernafas kita kurang dari 10%. Persis seperti sekelompok pemain bola yang memutuskan hanya memakai 1/10 dari lebar lapangan bola yang semestinya.
Pranayama, cabang Yoga yang khusus mempelajari “teknik pernafasan” sejauh ini masih merupakan sebuah cabang Yoga yang agak sepi peminatnya di Indonesia. Tidak terlalu mengherankan, karena sebagian besar dari kita berpendapat bahwa jauh lebih hebat melakukan headstand (pose kepala di bawah dan kaki diatas), dibandingkan menghabiskan waktu hanya untuk belajar bernafas, yang mana telah kita lakukan setiap harinya. So..? apa gunanya belajar bernafas?
“Pada saat saya memutuskan untuk belajar Ashana (pose-pose Yoga) di India secara serius, di hari pertama, guru saya menyuruh saya pulang sambil berkata ‘belajar pranayama dulu sana! Dan sebelum kamu bisa bernafas dengan baik jangan pernah kembali kesini’!”.
Demikian Ananda Leone bertutur. Ia adalah seorang instruktur Yoga yang telah berkeliling mengajar Yoga di seluruh dunia, yang juga merupakan salah seorang instruktur di Bali Spirit Festival (BSF) memaparkan fakta-fakta mengejutkan tentang “bernafas”.
Menggelikan memang. Namun tentu yang dimaksud “bernafas” oleh Ananda bukanlah bernafas asal-asalan yang sejauh ini sering Anda dan saya lakukan. Namun sungguh-sungguh meluang waktu untuk memenuhi kebutuhan tubuh kita akan : bernafas.
Sebuah buku besar berisi penjelasan mengenai anatomi tubuh manusia menemani 2 jam workshopnya hari itu. Ananda memulai workshopnya dengan menjelaskan lewat gambar-gambar anatomi tubuh manusia tentang bagaimana pengaruh pernafasan yang dalam bagi tubuh kita.
Pada saat bernafas –masih menurut Ananda Leone- rongga dada dan otot-otot Anda berkontraksi, kemudian memijat organ-organ dalam tubuh Anda. Terjadi banyak hal dalam tubuh kita pada saat itu. Organ-organ akan melakukan fungsi detox (pembuangan racun). Pada saat paru-paru mengembang, jantung akan terpompa sehingga darah yang mengangkut oksigen, akan mengalir dengan sangat deras ke kepala dan seluruh tubuh. Ketika bernafas, otot-otot dalam tubuh berkontraksi kemudian melepaskan ketegangannya. Bukan hanya itu, ketujuh cakra (atau dalam dunia medis lebih dikenal dengan tujuh kelenjar endokrin) akan bereaksi aktif, karena memang kelenjar-kelenjar tersebut sangat membutuhkan oksigen.
Workshop dilanjutkan dengan penerapan teknik pranayama terhadap beberapa pose Yoga.
“Ashana membuka chanel-chanel dalam tubuh Anda.”, jelas Ananda, “Sementara Pranayama, adalah sebuh pondasi menuju mengalirnya prana. Prana tidak akan mengalir dan berdampak dalam tubuh Anda sebelum 60% kapasitas pernafasan Anda digunakan”
Pendiri Berlin’s Akademi For Yoga ini, menutup workshop Pranayamanya dengan sebuah kalimat unik : “Berjanjilah pada saya bahwa Anda mulai hari ini akan bernafas, karena bernafas yang benar, pasti akan mengubah hidup Anda!”
(*)
Written by : Made Teddy Artiana